Selimuti
bayi setelah mandi untuk menghangatkannya, bukan pakai minyak dan
jangan memakaikan bedak yang bisa mendatangkan sejumlah masalah.
Perawatan bayi, terutama pada bayi baru lahir dan bayi yang memiliki
kulit mudah teriritasi, sebaiknya dilakukan bukan hanya karena kebiasaan
warisan orangtua (kakek-neneknya), tapi dilakoni berlandaskan
pemahaman. Pasalnya belum tentu semua kebiasaan perawatan bayi tersebut
benar dan tepat. Maksud hati memproteksi, yang terjadi justru bayi
berisiko mengalami sejumlah masalah.
Dalam talkshow
“Mitos-Mitos Seputar Perawatan dan Tumbuh Kembang Bayi”, diadakan
Brawijaya Women & Children Hospital bersama Tabloid Nakita, dr
Attila Dewanti, SpA(K) mengatakan salah satu kebiasaan yang keliru
adalah memakaikan bedak tabur pada bayi.
"Memakaikan bedak
merupakan kebiasaan para orangtua yang umumnya dilakukan supaya bayi
wangi. Padahal bedak tabur mengandung serbuk yang jika terhirup bayi,
bisa membuat ia tak bisa bernafas dengan baik," jelas dr Attila di
Auditorium Brawijaya Women & Children Hospital, Sabtu (8/12/2012).
Saran
dr Attila, sebaiknya jangan pakai bedak tabur untuk bayi dan ganti
dengan bedak padat atau losion yang jauh lebih aman serta berfungsi
sama, apalagi jika sekadar ingin membuat bayi lebih wangi setelah mandi.
Pemilihan losion untuk melembabkan kulit bayi juga jangan
sembarangan. Pilih yang tidak beraroma. Pada bayi yang alergi atau
kulitnya mudah teriritasi, wewangian pada losion ini bisa menimbulkan
bercak merah.
"Jangan pakai losion yang wangi, apalagi untuk bayi yang alergi. Di Indonesia, anak-anak rata-rata alergi," ungkapnya.
Bagi
sebagian orangtua, pemakaian bedak dilakukan untuk menghindari
keringat. Langkah ini juga kurang tepat. Menurut dr Attila, sebaiknya
keringkan saja keringan dengan handuk kering daripada memberikan bedak
yang tak punya fungsi banyak terhadap kulit bayi.
Pada kesempatan
terpisah, dokter ahli kulit dr Amaranila Drijono SpKK mengatakan
penggunaan minyak dengan sensasi hangat juga perlu disesuaikan kondisi.
Sayangnya, kebanyakan orang mengoleskan minyak kayu putih misalnya, yang
memberikan sensasi hangat, hampir setiap hari sehabis mandi untuk
menghangatkan tubuh.
"Jika tujuannya menghangatkan, selimuti
saja tubuh anak. Pemakaian minyak boleh saja tapi tergantung kondisi,
bukan setiap hari," jelasnya.
Pada balita misalnya, pemakaian
minyak dengan sensasi hangat ini tepat dilakukan setelah berenang
misalnya. Mengoleskan minyak hanya karena kebiasaan, tanpa memerhatikan
kondisi kulit dan kebutuhan anak, justru bisa mendatangkan masalah.
Menurut
dr Nila (sapaan akrabnya), jika Anda menemukan tanda hipersensitivitas
pada kulit bayi, dengan kata lain kulit anak mudah teritasi, sebaiknya
hindari penggunaan minyak dengan sensasi hangat ini.
"Pada orang yang alergi, jangan mengoleskan minyak yang ada sensasi panas ini karena akan mengiritasi kulit," sarannya.
sumber:kompas.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !