Mindful parenting mengajak orang tua belajar mengendalikan diri, menghargai, dan memahami anak. Jika diterapkan secara benar, pola pengasuhan ini dapat meminimalkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Sebagai ibu dari tiga anak, Soraya Haque berusaha menjadi sahabat bagi buah hatinya. Dia memosisikan diri setara dengan anak dan mencoba melihat sesuatu dari sudut pandang anak. Dengan cara ini, ketiga anaknya merasa lebih nyaman bersama sang bunda. Wanita yang akrab disapa Aya ini pun tidak mengalami kesulitan mencermati bakat dan minat anaknya.
”Saya memberi kebebasan yang bertanggung jawab kepada anak.Biarkan anak berpendapat dan memilih bidang yang dia sukai.Tugas orang tua hanya membimbing. Cara ini justru menjadikan anak mampu mengeluarkan potensinya,” kata Aya. Hal itu dia buktikan dengan memberi kebebasan pilihan studi kepada putri pertamanya, Valeri, sehingga membuahkan hasil memuaskan.
Valeri lulus dengan gelar cum laude. Pola pengasuhan yang diterapkan Aya merupakan bagian dari konsep mindful parenting yang giat disosialisasikan para pakar parenting, seperti Duncan Coatsworth dan Greenberg, yang menekankan lima aspek mindful parenting, yaitu mendengarkan dengan perhatian dan berbicara dengan empati, pemahaman dan penerimaan untuk tidak menghakimi diri sendiri dan anak, kesadaran emosional diri sendiri dan anak, pengaturan diri dalam hubungan pengasuhan, dan yang terakhir welas asih untuk diri sendiri dan anak.
”Dalam mindful parenting, orang tua dan anak belajar mengendalikan diri,mematangkan emosi, menghargai sepantasnya, dan memahami orang lain (anak).K etika kita eling (sadar),kita dapat mengendalikan diri dan tindakan,”sebut penulis buku Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik itu. Melly menilai pola pengasuhan semacam ini masih sangat jarang diterapkan,mengingat budaya mendidik yang diterapkan masyarakat kita masih dilakukan secara turuntemurun. Padahal, menurut pendiri Rumah Moral ini ,kekuatan mindful parenting amat dahsyat untuk mengubah sebuah negara.
Pola pengasuhan secara berkesadaran jika diterapkan dalam keluarga,maka akan meminimalkan perilaku kekerasan atau semena-mena terhadap orang lain. Seseorang juga akan selalu “aware”, sadar ketika melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain,seperti penyalahgunaan narkotika, korupsi, hingga KDRT.”Karena kita akan selalu eling dalam setiap napas kehidupan,”kata Melly.
Pakar mindful parenting pasangan suami istri Dr Jon dan Myla Kabat-Zinn menegaskan bahwa pola pengasuhan berkesadaran berarti melihat perilaku anak dari dalam, bukan dari sisi luarnya saja atau apa yang terlihat.”Yang menarik dari pengasuhan ini, kita dapat bertanya kepada diri sendiri,bagaimana perasaan saya,kira-kira seperti apa masalah ini dari sudut pandangan anak. Jika Anda bisa melakukannya, Anda mampu melihat sesuatu secara lebih jelas dibandingkan sebelumnya,” kata pengarang buku Everyday Blessings: The Inner Work of Mindful Parenting itu, dikutip dari Yesmagazine.
Ilustrasinya seperti ini, seseorang yang duduk di tepi danau pada malam hari. Bulan bersinar penuh, namun pantulan bulan di permukaan danau tak seutuh bulan di atas langit. Mengapa? Karena air danau sedang bergolak dan keruh. Sebaliknya, ketika air danau tenang, maka pantulan bulan menjadi seindah aslinya. Myla menyebutkan, dewasa ini orang tua mendorong anak untuk mandiri terlalu dini. Akibatnya mereka berakhir dalam narkoba, seks bebas, dan tindakan buruk lainnya. Sebenarnya generasi muda terjebak dalam kebiasaan buruk untuk menggantikan kebutuhan yang tak mereka dapatkan.
”Kebutuhan akan kasih sayang dan perasaan akan bagian dalam sebuah keluarga,” kata Myla. Pola pengasuhan ini bisa diadopsi dengan menerapkan pengasuhan berkesadaran pada rutinitas keseharian secara berkesinambungan.” Kami tidak mengatakan ini mudah dilakukan, dan cara tepat untuk membesarkan anak atau menghasilkan anak yang sempurna,”kata Jon.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !